Memulihkan Wanita Lewat Wastra
MENGANGKAT harkat perempuan nusantara adalah impian yang menyertai Yuliana Fitri tumbuh dewasa. Namun, pengusaha yang karib disapa Uli ini tak pernah menduga wastra Indonesia akan menjadi jalan untuk mencapainya. “Ibu saya usaha butik. Kakek saya penjahit terpandang.
Saya suka tampil beda,” ujarnya. Sejak kanak-kanak, ia senang menonton siaran peragaan busana di televisi Perancis. Semasa remajanya di Lubuk Linggau, Uli pun gemar berdagang pernik fesyen, sembari membubuhkan sentuhan personal untuk menambah nilai jual barang. “Kata Ibu, sejak dulu saya pantas memadu padan pakaian,” kenang Uli. Hobi ini terbawa ketika Uli mulai membuka pabrik konveksi di Yogyakarta. Pelanggannya justru kerap berkonsultasi mode kepadanya. “Dari sana saya terpikir untuk membuat merek sendiri,” tandas Uli.
Tahun 2016, Uli melansir Aruna Creative dan mulai membesut busana adikarya. Aruna Creative menjadi kanal kecintaannya pada tenun. Bagi Uli, setiap ikatan utas benang memiliki jiwa. Dan setiap perempuan penenun adalah tangan-tangan yang menghargai kehidupan. Ia juga memilih metode pewarnaan kain yang lebih ramah lingkungan. Bersama karya Aruna yang melanglang buana, Uli berharap penghargaan atas proses tenun akan terangkat. Dan perajin wastra nusantara bisa menatap masa depan yang lestari.